Puisi ini cocok untuk kalian yang sedang terjebak dalam hubungan friend zone atau zona pertemanan, yang teradang sudah merasa sama-sama suka namun takut untuk mengungkapkan karena tidak mau hubungan yang sudah lama di bangun jadi canggung karena yang awalnya menganggap sahabat menjadi terpikat.
Zona Pertemanan
Oleh: Fiersa Besari
November, tahun pertama
Aku ingat
pertama kali melihatmu.
Kau masuk ke
dalam hidupku tanpa permisi, berputar bagai gasing di dalam pikiranku.
Entah kau
milik siapa, hatiku keras kepala.
Ceritakanlah
tentang harimu.
Berbincanglah
sampai salah satu dari kita tertidur.
Aku tidak
akan bosan dengan semua yang kau ketik.
Betapa
sering aku menduga-duga, adakah kode yang tersirat dalam kolom 'chat' kita?
Aku tidak
mau berdrama, tapi aku tidak bisa mengeluarkanmu dari kepalaku.
Aku
tergila-gila hingga tak tahu lagi mesti berbuat apa.
Ini semacam
hasrat purba yang lebih tua dari manusia.
Jika kau
percaya akan 'jodoh', mungkin ini adalah contohnya.
Dan aku
tidak berbicara perihal parasmu, atau apa yang engkau punya.
Ada sesuatu
tentangmu yang membuatku merasa baik-baik saja, entah apa.
Kau selalu
membuatku jujur mengenai segala hal, kecuali satu; perasaanku.
Andai saja
aku mampu memberitahumu.
Tapi, aku
terlalu takut akan reaksimu yang tidak sesuai dengan imajinasiku selama ini.
Bukankah
fiksi lebih meninabobokan dibandingkan kenyataan?
Bukankah
kita adalah dua orang yang terlanjur menikmati berkubang dalam zona pertemanan?
Tubuh kita
berlumur harapan palsu. Tanganku menggapai-gapai mencari jalan keluar,
sementara
tanganmu mencegahku kemana-mana.
Tunggu
sebentar..
Izinkan aku
keluar dari zona pertemanan kita untuk sejenak.
Akan
kutunjukkan padamu sebuah gerbang menuju dunia paralel.
Mari, ikut
aku kesana.
Di dunia
paralel, aku tidak perlu lagi repot-repot menyatakan apa pun.
Kau akan
setuju untuk bersanding denganku tanpa perlu ada serentetan peristiwa yang
membuat kita semakin pelik.
Aku akan
menjadi bumi untuk mentarimu, lirik untuk lagumu, hujan untuk bungamu.
Di dunia
paralel, keadaannya akan jauh berbeda.
Walau
begitu, kau tahu aku akan tetap menjadi orang yang sama, yang merindukanmu
dengan sederhana, mengejarmu dengan wajar, menyayangimu dengan luar biasa, dan
menyakitimu dengan mustahil.
Post a Comment