Innal
hamdalillah usoli wausoli muala rosulillah wa’ala alihi wasohbihi wamawalah
ayuhal hadirun ittakulloh hakotukotihi wala tamuttuna illa wa angtum muslimun
ama ba’du. Qollalohuta’ala filquranil karim a’udzubillahiminas syaitonnirozim
bismillahirohmanirohim
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Pertama-tama
mari kita panjatkan fuji serta syukur kehadirat ALLOH SWT, solawat serta salam
semoga di curah limpahkan kepada nabi kita nabi besar Muhammad saw.
firman Alloh
dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab:59
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya : “Hai Nabi,
Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al Ahzab : 59)
Kita akan lebih kuat
melaksanakan sesuatu bila sudah sadar bahwa itu memang keharusan. Seorang anak
akan rajin belajar dengan sendirinya bila menyadari bahwa belajar itu penting
karena akan menentukan masa depannya sendiri, tanpa harus disuruh-suruh.
Seorang perempun Muslim yang sudah menutup aurat dengan benar dan konsisten itu
karena ada kesadaran dalam dirinya. Sementara yang belum juga karena belum
adanya kesadaran dalam dirinya. Bila diri belum sadar, walaupun ceramah
didengarkan setiap hari, walaupun ayat Al-Qur’an dibacakan ratusan kali, tetap
saja seseorang tidak akan tergerak melaksanakan sebuah keharusan. Menutup aurat
sesungguhnya adalah persoalan memuliakan harga diri perempuan. Dalam Islam,
perempuan itu makhluk yang mulia dan dimuliakan. Dengan menutup aurat, agama
bermaksud menjaga harga diri, martabat dan kehormatannya.Ilustrasi yang paling tepat mengibaratkan perempuan Muslim adalah perhiasan atau barang mahal. Barang mahal memiliki ciri-ciri: (1) dijual di toko berkelas, (2) disimpan di etalase yang hanya bisa dipandang dibalik kaca, (3) disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh isinya, (4) tidak bisa dicoba dulu, (5) harganya mahal dengan jaminan memuaskan, dan (6) bergaransi. Alloh berfirman
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
Artinya : “Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.’ (QS.
An Nuur : 31)
Diibaratkan jenis barang
tadi, “toko berkelas” adalah keluarga Muslim yang bermartabat yang taat pada
agama; “disegel, tidak bisa dibuka dan disentuh” adalah prinsip dibalik busana
Muslimahnya; “tidak bisa dicoba dulu” adalah prinsip menjaga kehormatan dengan
tidak bisa bermesraan dan menggaulinya tanpa menikahinya dulu; “harganya mahal”
adalah pembelinya harus laki-laki yang juga mahal
(akhlaknya terjaga dan kepribadiannya terpuji). Laki-laki murahan
tidak akan sanggup membeli perempuan mahal karena tidak akan berani, segan,
malu mendapatkannya dan merasa dirinya tidak seimbang; “bergaransi” adalah
orisinial, dijamin masih gadis dan belum disentuh laki-laki lain.Sehubungan dengan ilustrasi barang mahal tadi, sering muncul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini:
(1) Bagaimana dengan perempuan yang berkerudung menutup auratnya tapi tidak menjaga akhlaknya, bebas pacaran, bermesraan dan banyak disentuh-sentuh apalagi sudah tidak perawan? Ia adalah “barang mahal” yang palsu, aslinya murah bungkusnya pun murah, kerudungnya hanya tren, mode atau ikut-ikutan sehingga gampang dibuka dan dicoba. Ia barang tipuan yang tanpa sadar sedang menipu dirinya sendiri.
(2) Bagaimana dengan perempuan yang merasa tidak perlu menutup aurat yang penting bisa menjaga diri sehingga tetap menganggap dirinya perempuan terhormat? Itu hanya alasan belum bisa taat pada agama. Kalau benar-benar bisa menjaga diri, ia adalah barang mahal yang diobral. Barang bagus yang diobral tetap saja lebih murah dan lebih rendah nilainya dari barang mahal yang tidak diobral.
(3) Bagaimana dengan perempuan yang mengatakan: “Ah, yang berkerudung juga banyak yang kelakuannya parah, mendingan begini, gak berkudung tapi punya prinsip”? Itu artinya menutupi kesalahannya dengan kesalahan yang lain. “Berkerudung tapi kelakuannya parah” adalah salah, “mendingan begini gak berkerudung tapi punya prinsip” juga salah. Jadi, ia lari dari satu kesalahan dan bersembunyi dalam kesalahan yang lain.
Ada sebuah cerita di
musim panas di suatu negara, Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari
satu kota ke kota lain, di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda
berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena
menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja
dengan cara pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ para penumpang bus,
kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.
Seorang bapak
setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang
dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri.
Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma
kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana
seorang bapak terhadap anaknya.
Apa respon perempuan
muda tersebut?
Rupanya dia
tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya
terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!
“Jika memang bapak
mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!”
Sebuah respon yang
sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus
menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si
wanita ikut kaget, lalu terdiam.
Detik-detik
berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan
terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.
Lalu sampailah
perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus. Kini semua
penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda
tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu
keluar.
Salah seorang
penumpang yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan
menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah.
Namun apa yang
terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui
ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus
berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana
yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris
meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.
Sebuah akhir yang menakutkan…
Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir
hidupnya…
Seandainya tiap orang menyadari
hidupnya bisa berakhir setiap saat…
Seandainya tiap orang takut bertemu
dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk….
Seandainya tiap orang tahu bagaimana
kemurkaan Allah….
Sungguh Allah masih menyayangi kita
Yang masih terus dibimbing-Nya
Allah akan semakin mendekatkan
orang-orang yang dekat dengan-NYA agar semakin dekat.
Dan bagi mereka yang terlena
Seharusnya segera sadar, mumpung
kesempatan masih terbuka
Di sisa usia yang masih ada!
Apakah booking tempatnya terpenuhi di
alam sana?
Wallahu a’lam
Semoga Jadi Renungan bagi kita semua…
Post a Comment